Bahaya pun langsung menyeruak pada para pemain kunci klub-klub ISL. Sebagai contoh, Mohammad Safee Mohammad Sali atau yang lebih akrab dipanggil dengan Safee Sali. Kapten Pelita Jaya ini tak bisa berseragam timnas Malaysia karena klubnya yang dimiliki “keluarga” Bakrie, memilih untuk berada di ISL.
Kasus yang sama akan menimpa Keith Kayamba Gumbs. Penyerang andalan Sriwijaya FC ini adalah kunci negara kecil Saint Kitts & Nevis. Bersama timnas negara yang tergabung di zona CONCACAF ini, Gumbs tampil 131 kali dan mencetak 47 gol.
Ada juga Zah Rahan Krangar. Siapa pun penggemar Liga Super Indonesia pasti tahu sepak terjang playmaker andal ini. Baik di Sriwijaya FC masa Rahmad Darmawan atau di Persipura era Jacken F. Thiago, Zah Rahan selalu tampil memukau.
Bahkan, banyak klub luar negeri yang berminat memboyong pemain timnas Liberia ini. Jika PSSI menerapkan aturan semua pemain asing di liga ilegal tak bisa bermain untuk timnas, mungkinkah Zah Rahan akan pergi ke klub IPL?
Djohar Arifin, ketua umum PSSI, menyebutkan bahwa peraturan ini terdapat dalam Statuta FIFA. Tidak hanya pemain asing yang berlaga di kompetisi ilegal, hal ini juga berlaku pada pemain lokal untuk timnas Garuda.
Masalahnya, PSSI sepertinya mendua untuk urusan ini. Setidaknya, dalam laga Indonesia Selection vs LA Galaxy beberapa waktu lalu, ada beberapa pemain yang merumput di ISL yang dipanggil.
Termasuk, Cristian Gonzales yang dilarang klubnya, Persisam Samarinda, untuk tampil bersama timnas. Walaupun bukan termasuk laga resmi, kita bisa melihat di antaranya, Greg Nwokolo, Oktovianus Maniani, Patrick Wanggai, Firman Utina, dan Victor Igbonefo.
Djohar Arifin juga mesti waspada karena sekitar 65% pemain timnas Indonesia berasal dari klub-klub ISL.
Jadi, beranikah PSSI menerapkan hukuman yang sama untuk pemain asing dan lokal?
0 komentar:
Posting Komentar